Anda yang cinta pantai maka wajib
merasakan jernihnya air laut, langit biru, awan putih, dan hawa segar
Karimunjawa. Semuanya akan menjadi milik Anda selama berada di Kepulauan
yang lokasinya sekitar 45 mil laut atau sekitar 83 kilometer di barat
laut kota Jepara. Setelahnya bersiaplah untuk enggan pulang karena
kedamaian tempat ini memberi kesan tersendiri dan sulit digantikan
tempat lain. Telah banyak wisatawan datang kembali ke pulau yang indah
ini karena ketagihan.
Karimunjawa adalah gugusan pulau yang
sangat indah dengan hamparan pasir putih menawan, meliputi 27 pulau
dalam 1 kecamatan dan terbagi dalam 3 desa. Luas tempat indah ini adalah
107.225 ha, sebagian besar wilayahnya berupa lautan (100.105 ha)
sementara sisanya adalah daratan seluas 7.120 ha.
Ada bentangan pantai berpasir putih di sini dengan beragam fauna yang menakjubkan, juga hutan mangrove dan hutan tropis dataran rendah yang menyajikan pemandangan menyejukan mata.
Karimunjawa dijuluki Perawan Jawa,
sebuah inisial yang merujuk pada perairannya begitu bening sehingga
sebuah koin yang jatuh ke dalamnya akan dengan mudah Anda temukan karena
kejernihannya.
Taman nasional laut ini beriklim tropis
dipengaruhi angin laut yang bertiup sepanjang hari. Suhu rata-ratanya
sekitar 26-30 derajat Celcius. Karimunjawa memiliki kekayaan ekosistem
flora dan fauna mulai dari terumbu karang, hutan mangrove (Padang
Lamun), hutan pantai, hingga hutan dataran rendah. Anda dapat ber-tracking menyusuri sejuknya hutan mangrove seluas 10,5 hektar dengan jalur tracking
sepanjang 2 km yang menyuguhkan aneka macam jenis pohon mangrove langka
sekaligus Anda ikut menanam dan melestarikan mangrove di sana.
Di
bawah air Karimunjawa ada fauna akuatik yang terdiri atas 242 jenis
ikan hias dan 133 genera akuatik. Selain alam air, Anda juga dapat
menemukan bervariasi fauna seperti rusa dan kera ekor panjang di
daratnya. Karimunjawa juga menjadi rumah fauna langka yaitu elang laut
dada putih di Pulau Burung dan Pulau Geleang. Hewan langka lainnya
adalah dua jenis penyu, yaitu penyu sisik dan penyu hijau.
Karimunjawa dalam cerita rakyat setempat terkait Legenda Nyamplungan dan
sosok Sunan Nyamplung (Syech Amir Hasan) yang merupakan putera Sunan
Muria. Sedari kecil, Amir Hasan hidup dimanja sehingga cenderung nakal
saat dewasa. Karena wataknya yang nakal kemudian Sunan Muria menitipkan
puteranya kepada Sunan Kudus dengan harapan menjadi lebih baik. Amir
Hasan memang berubah baik tetapi setelah berkumpul kembali dengan
keluarganya, perilaku Amir Hasan kembali seperti semula. Akhirnya Sunan Muria memerintahkan puteranya itu untuk mengamalkan ilmu agama di pulau yang terlihat kremun-kremun
(artinya tidak jelas) bila dilihat dari Gunung Muria. Amir Hasan tidak
boleh kembali ke Pulau Jawa sebelum tugasnya selesai. Ia pergi ditemani 2
orang abdi dengan berbekal 2 buah biji nyamplung untuk ditanam di pulau
tersebut dan sebuah mustaka masjid (Anda dapat menemukannya di
kompleks makam Sunan Nyamplungan). Amir Hasan menanam 2 buah biji
nyamplung yang kemudian tumbuh menjadi pohon nyamplung (Temukan
lokasinya yang sekarang menjadi Dukuh Nyamplung.
Penduduk
Karimunjawa adalah multietnis meliputi suku Jawa, Bugis Makassar, dan
Madura. Masyarakat Jawa tinggal di Dukuh Karimun, Dukuh Legon Lele,
Dukuh Nyamplungan, dan Dukuh Mrican. Mata pencaharian utama mereka
adalah bertani dan industri rumah tangga membuat batu bata merah dan
minyak kelapa. Masyarakat Bugis Makassar tinggal di Pulau Kemujan,
Dukuh Batu Lawang, Dukuh Legon Gede, dan Dukuh Tlogo. Orang Bugis ini
berprofesi sebagai nelayan. Sementara masyarakat Madura selain
berprofesi sebagai nelayan juga memiliki keterampilan membuat ikan
kering.
Sumber : http://www.indonesia.travel/id/destination/633/karimunjawa
0 komentar:
Posting Komentar